Jumat, 08 Desember 2017

Kekuasaan Dinasti Umayyah Menciptakan Budaya Monarki-Oligarki, Budaya Kudeta Politik, Budaya Ilmu, Budaya Perluasan Wilayah

BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Berakhirnya kekuasaan khalifah Ali bin Abi Thalib mengakibatkan lahirnya kekuasaan yang berpola dinasti atau kerajaan. Pola kepemimpinan sebelumnya (khalifah Ali) yang masih  menerapkan pola keteladanan nabi muhammad, yaitu pemilihan khalifah dengan proses musyawarah akan terasa berbeda ketika memasuki pola kepemimpinan dinasti-dinasti yang berkembang sesudahnya. Bentuk pemerintahan dinasti ata kerajaan yang cenderung bersifat kekuasaan foedal turun temurun hanya untuk mempertahankan kekuasaan, adanya unsur otoriter kekuasaan mutlak, kekerasan, diplomasi, yang di bumbui tipu daya dan hilangnya keteladanan nabi untuk musawarah dalam menentukan pemimpin merupakan gambaran umum tentang kekuasaan dinasti sesudah khulafaurasyidin.
Dinasti umayyah merupakan kerajaan pertama islam yang didirikan oleh muawiyah ibn abi supyan. Perintisan dinasti ini dilakukannya dengan cara menolak pembaiatan terhadap khalifah ali bin abi thalib, kemudian ia memilih berperang dan melakukan perdamaian dengsn pihak ali dengan strstegi politik yang menguntungkan baginya.
Jatuhnya ali dan naiknya muawiah juga dibebaskan keberhasilan pihak khawarij (kelompok yang mengembangkan dari ali) membunuh khalifah ali, meskipun kemudian tampak kekuasaan dipegang oleh putranya hasan, tanpa dukungan kuat dan kondisi politik yang kacau ahirnua kepemimpinan pun hanya bertahan beberapa bulan.  Pada ahirnya hsan menyerahkan kepemimpinan kepada muawiah namun dengan perjanjian bahwa pemilihan kepemimpinan sesudahnya adalah diserahkan kepada umat islam. perjanjian tersebut di bangun pda tahun 661 M/ 41 H dan dikenal jamaah karena perjanjian ini  mempersatukan umat islam menjadi satu kepemimpinan, namun secara tidak langsung mengubah pola pemerintahan menjadi kerajaan.
Meskipun begitu , munculnya dinasti umayah memberikan babak baru dalam  kemajuan peradabaan islam. hal itu di buktikan dengan sumbangan-sumbagan dalam perluasan wilayah, kemajuan pendidikan dan kebudayaan.
B.  Rumusan Masalah
1.    Bagaimanakah Kekuasaan Dinasti Umayyah Menciptakan Budaya Monarki-Oligarki, Budaya kudeta, budaya ilmu dan budaya perluasan wilayah?
2.    Siapakah Khalifah-Khalifah Bani Umayyah?
3.    Bagaimanakah Perluasan Wilayah Teritorial Islam pada masa Daulah Umayyah?
C.  Tujuan
1.    Untuk mengetahui Kekuasaan Dinasti Umayyah Menciptakan Budaya Monarki-Oligarki, Budaya kudeta, budaya ilmu dan budaya perluasan wilayah.
2.    Untuk mengetahui Khalifah-Khalifah Bani Umayyah.
3.    Untuk mengetahui Perluasan Wilayah Teritorial Islam pada masa Daulah Umayyah.
























BAB II
PEMBAHASAN
A.  Kekuasaan Dinasti Umayyah
1.      Proses Lahirnya Bani Umayyah
Pengertian kata Bani menurut bahasa berarti anak, anak cucu atau keturunan. Dengan demikian yang dimaksud Bani Umayah adalah anak, anak cucu atau keturunan Bani Umayah bin Abdu Syams dari satu keluarga. Kata Dinasti berarti keturunan raja-raja yang memerintah dan semuanya berasal dari satu keturunan. Dengan demikian, Dinasti Umayah adalah keturunan raja-raja yang memerintah yang berasal dari Bani Umayah.
Adapun istilah lain yang sering digunakan adalah kata Daulah, yang berarti kekuasaan, pemerintahan, atau negara. Dengan kata lain, Daulah Bani Umayah adalah negara yang diperintah oleh Dinasti Umayah yang raja-rajanya berasal dari Bani Umayah.
Bani Umayyah didirikan oleh Muawiyah bin Abu Sufyan pada tahun 41H/661 M di Damaskus dan berlangsung hingga pada tahun 132 H/750 M. Muawiyah bin Abu Shofyan adalah seorang politisi handal di mana pengalaman politiknya sebagai Gubernur Syam pada zaman Khalifah Ustman bin Affan cukup mengantarkan dirinya mampu mengambil alih kekusaan dari genggaman keluarga Ali Bin Abi Thalib. Tepatnya setelah Hasan bin Ali menyerahkan kursi kekhalifahan secara resmi kepada Muawiyah bin Abu Sofyan dalam peristiwa Ammul Jama’ah. Peristiwa penyerahan kekuasaan dari Hasan bin Ali kepada Muawiyah bin Abu Sufyan itu terkenal dengan sebutan Amul Jama'ah atau tahun penyatuan . Peristiwa itu terjadi pada tahun 661 M. Sejak itu, secara resmi pemerintahan Islam dipegang oleh Muawiyah bin Abu Sufyan. Ia kemudian memindahkan pusat kekuasaan dari Madinah ke Damaskus ( Suriah ).
Oleh karena itu Muawiyah bin Abu Sofyan dinyatakan sebagai pendiri Dinasti Bani Umayah. Dilihat dari sejarahnya Bani Umayah memang begitu kental dengan kekuasaannya, terutama pada masa zaman jahiliyah. Dalam setiap persaingan, ternyata Bani Umayah selalu lebih unggul dibandingkan keluarga Bani Hasyim. Hal ini disebabkan Bani Umayah memiliki unsur-unsur sebagai berikut:
1.    Umayah berasal dari keturunan keluarga bangsawan
2.    Umayah memiliki harta yang cukup
3.    Umayah memiliki 10 anak yang terhormat dan menjadi pemimpin di masyarakat, di antaranya Harb, Sufyan, dan Abu Sufyan.
Sebagaimana yang disebut-sebut dalam sejarah, bahwa Abu Sofyan merupakan pemimpin pasukan Quraisy melawan Nabi Muhammad SAW pada Perang Badar Kubra.
Keluarga Bani Umayah masuk Islam ketika terjadi Fathul Makkah pada tahun ke-8 H. Abu Sofyan diberi kehormatan untuk mengumumkan pengamanan Nabi SAW, yang salah satunya adalah barang siapa masuk ke dalam rumahnya maka amanlah dia, masuk kedalam Masjidil Haram dan rumahnya Nabi SAW maka dia juga akan merasa aman. Dengan ini banyak kaum dari kalangan Bani Umayah yang berduyun-duyun untuk masuk Islam dan menyebarkan Islam keberbagai wilayah.
B.  Khalifah-Khalifah Bani Umayyah
No
Khalifah
Tahun
No
Khalifah
Tahun
1
Muawiyah Bin Abi Sufyan
40-60 H
8
Umar Bin Abdul Aziz
99-101 H
2
Yazid Bin Muawiyah
60-64 H
9
Yazid Bin Abdul Malik
101-105 H
3
Muawiyah 2 Bin Yazid
64-64 H
10
Hisyam Bin Abdul Malik
105-125 H
4
Marwan Bin Hakam
64-65 H
11
Walid Bin Yazid
125-126 H
5
Abdul Malik Bin Marwan
65-86 H
12
Yazid Bin Walid
126 H
6
Walid Bin Abdul Malik
86-96 H
13
Ibrahim Bin Walid
126 H
7
Sulaiman Bin Abdul Malik
96-99 H
14
Marwan Bin Muhammad
126-132 H
Dari 14 khalifah yang memerintah Banu Umayyah I selama 92 tahun di antaranya ada 4 khalifah yang terkenal karena prestasi dalam pemerintahannya masing-masing. Adapun khalifah-khalifah Bani Umayyah yang terkenal:
1.    Prestasi khalifah Muawiyah Bin Abi Supyan
Khalifah Muawiyyah Bin Abi Supyan terkenal dalam sejarah perkembangan Bani Umayyah 1, karena keberanian beliau pada saat memploklamirkan Bani Umayyah I  tahun  40 H pada saat Ali Bin Abi Thalib masih memerintah sebagai khalifah yang terakhir Khulafaurrasyidin.
Meskipun muawiyah memploklamirkan Bani Umayyah dengan cara yang tidak sesuai dengan nilai-nilai agama, akan tetapi beliau mampu menetapkan beberapa kebijakan yang sangat mendukung perkembangan Bani Umayyah I mencapai perkembangan yang sangat pesat, kebijakan tersebut adalah:
a.    Membentuk Departemen dan duta yang belumdi bentuk oleh khalifah sebelumnya, fungsi dari departemen ini adalah menyiapkan beberapa sahabat utama untuk di utus ke berbagai wilayah di dunia dalam rangka memperkenalkan islam ke penjuru dunia diantaranya adalah Uqbah Bin Nafi dan Musa bin Nusair di Afrika Utara, Abdullah bin Abi Sara di India, dan Saad bin Abi Waqas di Cina, Indonesia dan wilayah asia tenggara lainnya.
b.    Muawiyah juga membeli beberapa profesional administrasi keuangan dan tata usaha dari daerah Bizantium dan di pekerjakan dalam pemerintahan Bbani Umayyah.
c.    Memperluas kekuasaan atau mengmbangkan wilayah di 3 daerah yang sangat subur dan strategis yaitu Afrika Utara, India dan Bizantium.
2.    Prestasi khalifah Marwan Bin Hakam
Khalifah Marwan Bin Hakam adalah seorang yang bijaksana. Berfikiran tajam, fasih berbicara dan berani . Beliau ahli pembaca al-quran  dan banyak meriwayatkan hadis dari para sahabat Rasulullah yang terkenal terutama dari Umar Bin Khatab dan Utsman Bin Affan. Beliau terkenal dan berjasa dalam menertibkan alat-alat takaran dan timbangan, serta berjasa karena pertama kali menciptakan mata uang sebagai alat jual beli. Marwan adalah khalifah yang berani memberantas para pemberontak dengan cara yang keras dan tegas. Dengan kebijakan tersebut menyebabkan pemerintahan pada masa khalifah Marwan menjadi kondusif dan dan program khalifah dapat berjalan dengan lancar.
3.    Prestasi khalifah Walid Bin Abdul Malik
Khalifah ke-6 Banu Umayyah Walid Bin Abdul Malik memerintah bersamaan dengan permintaan bantuan dari pemerintahan Gothiyah Barat kepada Islam, oleh Khalifah al-Walid permintaan itu dipenuhi dengan mengirim 12.000 pasukan islam yang dipimpin oleh Thariq bin Ziad. Misi islam tersebut berhasil menyelesaikan tugasnya dengan baik dengan pasukan islam di pimpin oleh Thariq bi Ziad tersebut berhasil memukul mundur pasukan Viagoth aristokrasi  Jerman. Karena pasukan islam berhasil melaksanakan tugasnya dengan mengusir pasukan Jerman, maka oleh pasukan Gotiyah Barat sepeninggalan Raja Witijah mempersilahkan Thariq dan pemuka islam lainnya  boleh berdakwah di wilayah Andalusia dengan bebas dan aman.
Masa pemerintaha Walid bin Abdul Malik khalifah ke-6 Bani Umayyah I di sebutkan dalam sejarah sebagai masa kejayaan Bani Umayyah I. Pasa saat masyarakat patuh dan cinta kepada khaliafah al-Walid. Keadaan pemerintahan yang sebaik itu membuka kesempatan pada khalifah al-walid untuk melakukan perluasan wilayah ke daerah-daerah di Afrika dan Eropa Barat.

4.    Prestasi khalifah Umar Bin Abdul Aziz
 Khalifah Umar Bin Abdul Aziz adalah khalifah ke-8 dari pemerintahan Bani Umayyah I, memerintah hanya 3 tahun kurang lebih tahun 99-101 H akan tetapi masyarakat islam yang dipimpin mengalami peningkatan kualitas secara drastis terutama dalam hal status ekonomi. Tafar pendapatan dan kehidupan sosial masyarakat begitu tinggi, sampai mencari warga masyarakat untuk menyalurkan Zakat Fitrah begitu sulit. Zakat kaum Aghniya akhirnya diserahkan ke baitul maal selanjutnya difungikan untuk pembangunan fisik dalam masyarakat seperti mesjid, sekolah dan perpustakaan. Umar di pilih oleh suara mayoritas masyarakat secara murni karena keberhasilan beliau menjadi gubernur di Syiria dan masyarakat islam telah bosan dan jenuh terhadap kepemimpinan para khalifah Bani Umayyah yang korup dan ruksak ahlaknya. Ada beberapa keistimewaan dari khaliffah Umar Bin Abdul Aziz di bandingkan dengan khalifah-khalifah lainnya:
a.    Jabatan khalifah yang akan di pangkunya di tawarkan lebih dahulu kepada rakyat, akan tetapi mayoritas masyarakat lebih memilih umar .
b.        Beliau lebih mementingkan agama dari pada politik
c.         mementingkan persatuan umat islam
d.        adil terhadap semua pihak
Ø Adapun Kekuasaan Dinasti Umayyah Menciptakan yaitu:
a.    Budaya Monarki-Oligarki
·      Perubahan Sistem Pemerintahan
Bentuk pemerintahan Muawiyah berubah dari Theo-Demokrasi menjadi monarchi (kerajaan/dinasti) sejak ia mengangkat anaknya Yazid sebagai Putera Mahkota. Kebijakan ini dipengaruhi oleh tradisi yang terdapat di bekas wilayah kerajaan Bizantium.
·      Sentralistik
Daulah Bani Umayyah menerapkan konfederasi propinsi. Dalam menangani propinsi yang ada, Muawiyah menggabung beberapa wilayah menjadi satu propinsi. Setiap gubernur memilih Amir. Amir bertanggung jawab lansung kepada khalifah.
·      Administrasi pemerintahan
Setidaknya ada empat diwan (departemen) yang berdiri pada Daulah Bani Umayyah, yaitu:
Ø Diwan Rasail yaitu Departemen ini mengurus surat-surat negara kepada gubernur dan pegawai di berbagai wilayah
Ø Diwan Kharraj yaitu Departemen ini mengurus tentang perpajakan. Dikepalai oleh Shahibul Kharraj yang bertanggung jawab lansung kepada khalifah
Ø Diwan Jund yaitu Departemen ini mengurus tentang ketentaraan negara. Ada juga yang menyebut dengan departemen perperangan.
Ø Diwan Khatam yaitu Departemen ini disebut juga departemen pencatat. Setiap peraturan yang dikeluarkan disalin pada sebuah register kemudian disegel dan dikirim ke berbagai wilayah.
·      Lambang Negara
 Muawiyah menetapkan bendera merah sebagai lambang negara di mana sebelumnya pada masa Khulafa Rasyidin belum ada. Bendera merah ini menjadi ciri khas Daulah Bani Umayyah
·      Bahasa Resmi Administrasi Pemerintahan
 Pada pemerintahan Abd Malik, bahasa Arab dijadikan bahasa resmi administrasi pemerintahan.
b.    Budaya Kudeta Politik
Di bidang politik  Bani Umayyah menyusun tata pemerintahan yang sama sekali baru, untuk memenuhi tuntutan perkembangan wilayah dan administrasi kenegaraan yang semakin kompleks. Selain mengangkat Majelis Penasehat sebagai pendamping, Khalifah Bani Umayyah dibantu oeh beberapa orang sekertaris untuk membantu pelaksanaan tugas, yang meliputi :
1.      Katib Ar-Rasa’il, sekertaris yang bertugas menyelenggarakan administrasi dan surat-menyurat dengan para pembesar setempat.
2.      Katib Al-Kharraj, sekertaris yang bertugas menyelenggarakan penerimaan dan pengeluaran negara.
3.      Katib Al-Jundi, sekertaris yang bertugas menyelenggarakan berbagai hal yang berkaitan dengan ketentraman.
4.      Katib Asy-Syurtah, sekertaris yang bertugas menyelenggarakan pemeliharaan keamanan dan ketertiban umum.
5.      Katib Al-Qudat, sekertaris yang bertugas menyelenggarakan tertib hukum melalui badan-badan peradilan dan hakim setempat.


c.    Budaya Ilmu
Ø Pengembangan bahasa arab
Para penguasa dinasti umayyah menjadikan bahasa arab sebagai bahasa  resmi Negara dan pemerintahan sehingga pembukuan dan surat menyurat harus menggunakan bahasa arab. Sebelumnya, bahasa yang digunakan ialah bahasa romawi dan bahasa persia. Hal ini bisa dimaklumi karena kawasan suriah dan sekitarnya pada awalnya adalah daerah jajahan romawi dan persia. Penggunaan bahasa arab yang semakin luas membutuhkan panduan kebahasaan yang dapat dipergunakan oleh semua golongan sehingga mendorong lahirnua seorang bahasawan yang bernama Sibawaih yang mengarang sebuah buku yang berisi pokok-pokok kaidah Bahasa arab yang berjudul Al-Kitab. Pada bidang kesusastraan mengalami kemajuan dengan lahirnya banyak sastrawan seperti Ghayyats Taghlibi al-Akhtal, Jurair, Al-Farazdak, Jamil al-Uzri, Umar bin Abi Rabi’ah, Ibnu al-Muqaffa.
Ø Ilmu Tafsir
Setelah daulah umayah berdiri, maka kaim muslim berhajat kepada hukum dan undang-undang yang bersumber dari al-quran sedangkan paraqurra dan mufassirin menjadi tempat bertanya masyarakat dalam bidang hukum. Pada zaman ini keberadaan tafsir masih berkembang dalam bentuk lisan dan belum dibukukan. Ilmu tafsir pada saat itu belum berkembang seperti pada zaman bani abbasiyah.
Ø Ilmu Hadis
Pada saat mengartikan makna ayat-ayat al-quran, kadang-kadang ahli hadis kesulitan mencari pengertian dalam hadis karena terdapat banyak hadis yang sebenarnya bukan hadis. Dari kondisi semacam ini maka timbullah usaha para muhadisin untuk mencari riwayat dan sanad hadis. Proses seperti ini pada ahirnya berkembang menjadi ilmu hadis dengan segala cabang-cabangnya. Perkembangan hadis di awali dari masa khalifah Umar bin Abdul Aziz dan ulama hadis yang mula-mula membukukan hadis yaitu Ibnu Az Zuhri atas perintah khalifah Umar bin Abdul Aziz.
Ø Ilmu qiraat
Dalam sejarah perkembangan ilmu, yang prtama kali berkembang adalah ilmu Qiraat. Cabang ilmu ini mempunyai kedudukan yang sangat penting pada permulaan islam sehingga orang-orang yang pandai membaca al-quran pada saat itu disebut Qurra. Setelah pembukuan dan penyempurnaan al-quran pada masa khulafaurasyidin dan al-quran yang sah dikirim ke berbagai kota wilayah bagian maka lahirlah dialek bacaan tertentu bagi masing-masing penduduk kota tesebut dan mereka mengikuti bacaan seorang qori’ yang di anggap sah bacaannya. Ahirnya muncul dan masyhurlah tujuh macam bacaan yang sekarang terkenal dengan nama Qira’at Sab’ah kemudian selanjutnya di tetapkan sebagai bacaan standar.
Ø Ilmu Nahwu
Memuali mempelajari tata bahasa arab yang di kenal dengan nama nahwu adalah ketika seorang bayimemulai berbicara dilingkungannya. Tanpa tata bahas amaka pembicaraan tidak akan baik dan benar. Setelah banyak bangsa di luar bangsa arab masuk islam dan sekaligus wilayahnya masuk dalam daerah kekuasaan islam maka barulah terasa bagi bangsa arab dan muali diperhatikan dengan cara menyusun ilmu nahwu. Adapun ilmuan di bidang bahasa pertama yabg tercatat dalam sejarah perkembangan ilmu yang meyusun ilmu nahwu adalah Abu Aswad Ad Dualy yang wafatnya tahun 69 H. Tercatat beliau belajar dari sahabat ali bin abi thalib, dengan demikian ada saja ahli sejarah mengatakan bahwa sahabat ali bin abi thalib-lah bapaknya ilmu nahwu
Ø Tarikh Dan Geografi
Penulisan sejarah islam di mulai pada saat terjadi peristiwa-peristiwa penting dalam islam dan dibukukannya dimulai pada saat Bani Umayyah dan perkembangan pesat terjadi pada saat Bani Abbasiyah. Demikian begitu pesatnya perkembangan sejarah islam sehingga para ilmuan berkecimprung dalam bidang itu dapat mengarang kitab-kitab sejarah yang tidak dapat di hitung banyaknya. Sampai sekarang prestasi penulisan sejarah pada saat Bani Umayyah dan Abbasiyah tidak dapat ditandingi oleh bangsa manapun, tercatat kitab sejarah yang di tulis pada jaman itu lebih dari 1.300 judul buku.
Ø Seni Bahasa
Umat islam masa Bani Umayyah selain telah mencapai kemajuan dalam politik, ekonomi dan ilmu pengetahuan, qiraat, nahwu, hadis dan tafsir, dan juga telah tumbuh berkembang seni bahasa. Pada masa ini seni dan bahasa mengambil tempat yang penting dalam hati pemerintah dan masyarakat islam pada umumnya.
Pada saat kota-kota seperti Bashra dan Kuffah adalah pusat perkembangan ilmu dan sastra. Orang-orang arab muslim berdiskusi dengan bangsa-bangsa yang telah maju dalam hal bahasa dan sastra. Di kota-kota tersebut umat islam menyusun riwayat Arab, seni bahasa dan hikmah atau sejarah, nahwu, sharaf, balaghah dan juga berdiri klub-klub para pujangga.
C.  Perluasan Wilayah teritorial Islam Pada Masa Daulah Umayyah
Ekspansi yang terhenti pada khalifah Usman dan Ali di lanjutkan pada Dinasti Umayyah, dan pada masa Dinasti umayyah Turnesia dapat di taklukan dan masih banyak kota lagi yang di taklukan pada Dinasti Umayyah dengan melakukan ekspansi untuk memperluas wilayah kekuasaannya.
1.    Ekspansi Timur
Ekspansi timur yang dilakukan muawiyyah kemudian di lanjutkan oleh Kholifah Abd Al-Maliki yang mengirim tentaranya menyeberangi sungai Oxus dan berhasil menguasai beberapa kota di antaranya:


a.    Khurasan sampai kota Oxus
b.    Afganistan sampai ke Kabul
c.    Ibu kota Bizantium
d.   Konsttinopel
e.    Balkh
f.     Bukhara
g.    Khawariz
h.    Ferghana
i.      Samarkand
j.      Balukhistan
k.    Sind
l.      Daerah Punjab
m.  Maltan


2.    Ekspansi Barat
Pada ekspansi barat ini di lanjutkan pada zaman al-Walid ibn abdul malik secara besar-besaran. Ekspansi militernya dari afrika utara menuju wilayah barat daya, benua eropa pada tahun 711 M. Setelah al-Jazair dan Maroko dapat di tundukan militernya melakukan ekspansi di wilayah eropa meliputi:


a.    Ibu Kota Spanyol
b.    Kordova
c.    Seville
d.   Elvira
e.    Toledo
f.     Bordeau
g.    Poiters
h.    Taurs
i.      Pulau-pulau yang ada di laut tengah


Dengan keberhasilan ekspansi ke beberapa daerah bai timur maupun barat. Daerah yang di kuasai pada zaman dinasti umayyah betul-betul sangat luas. Daerah-daerah itu meliputi Spanyol, Afrika Utara, Syiri, Palestina, Jazirah Arab,sebagian asia kecil, peresia, Afganistan, pakistan, Pukmenia, Uzbek dan krigis di asia tengah





BAB III
PENUTUPAN
A.  Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan makalah diatas, dapat kita simpulkan  bahwa:
1.    Pengertian kata Bani menurut bahasa berarti anak, anak cucu atau keturunan. Dengan demikian yang dimaksud Bani Umayah adalah anak, anak cucu atau keturunan Bani Umayah bin Abdu Syams dari satu keluarga. Kata Dinasti berarti keturunan raja-raja yang memerintah dan semuanya berasal dari satu keturunan. Dengan demikian, Dinasti Umayah adalah keturunan raja-raja yang memerintah yang berasal dari Bani Umayah.
2.    Dari 14 khalifah yang memerintah Banu Umayyah I selama 92 tahun di antaranya ada 4 khalifah yang terkenal karena prestasi dalam pemerintahannya masing-masing. Adapun khalifah-khalifah Bani Umayyah yang terkenal:
a.    Prestasi khalifah Muawiyah Bin Abi Supyan
b.    Prestasi khalifah Marwan Bin Hakam
c.    Prestasi khalifah Walid Bin Abdul Malik
d.   Prestasi khalifah Umar Bin Abdul Aziz
Dalam menciptakan Budaya Monarki-Oligarki Perubahan Sistem Pemerintahan, bentuk pemerintahan Muawiyah berubah dari Theo-Demokrasi menjadi monarchi (kerajaan/dinasti) sejak ia mengangkat anaknya Yazid sebagai Putera Mahkota.
Di bidang politik  Bani Umayyah menyusun tata pemerintahan yang sama sekali baru, untuk memenuhi tuntutan perkembangan wilayah dan administrasi kenegaraan yang semakin kompleks.
Dalam Budaya Ilmu ada Pengembangan bahasa arab,ilmu tafsir,hadis, qiraat, nahwu tarikh dan geografi dan seni bahasa.
3.    Perluasan Wilayah teritorial Islam Pada Masa Daulah Umayyah yaitu
a. ekspansi timur
b. ekspansi barat


DAFTAR PUSTAKA
DEPAG RI, Sejarah Kebudayaan Islam, Kelas III, 2002


Tidak ada komentar:

Posting Komentar