BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Berakhirnya kekuasaan khalifah Ali bin Abi Thalib mengakibatkan
lahirnya kekuasaan yang berpola dinasti atau kerajaan. Pola kepemimpinan
sebelumnya (khalifah Ali) yang masih
menerapkan pola keteladanan nabi muhammad, yaitu pemilihan khalifah
dengan proses musyawarah akan terasa berbeda ketika memasuki pola kepemimpinan
dinasti-dinasti yang berkembang sesudahnya. Bentuk pemerintahan dinasti ata
kerajaan yang cenderung bersifat kekuasaan foedal turun temurun hanya untuk mempertahankan
kekuasaan, adanya unsur otoriter kekuasaan mutlak, kekerasan, diplomasi, yang
di bumbui tipu daya dan hilangnya keteladanan nabi untuk musawarah dalam
menentukan pemimpin merupakan gambaran umum tentang kekuasaan dinasti sesudah
khulafaurasyidin.
Dinasti umayyah merupakan kerajaan pertama islam yang didirikan
oleh muawiyah ibn abi supyan. Perintisan dinasti ini dilakukannya dengan cara
menolak pembaiatan terhadap khalifah ali bin abi thalib, kemudian ia memilih
berperang dan melakukan perdamaian dengsn pihak ali dengan strstegi politik
yang menguntungkan baginya.
Jatuhnya ali dan naiknya muawiah juga dibebaskan keberhasilan pihak
khawarij (kelompok yang mengembangkan dari ali) membunuh khalifah ali, meskipun
kemudian tampak kekuasaan dipegang oleh putranya hasan, tanpa dukungan kuat dan
kondisi politik yang kacau ahirnua kepemimpinan pun hanya bertahan beberapa
bulan. Pada ahirnya hsan menyerahkan
kepemimpinan kepada muawiah namun dengan perjanjian bahwa pemilihan
kepemimpinan sesudahnya adalah diserahkan kepada umat islam. perjanjian
tersebut di bangun pda tahun 661 M/ 41 H dan dikenal jamaah karena perjanjian
ini mempersatukan umat islam menjadi
satu kepemimpinan, namun secara tidak langsung mengubah pola pemerintahan
menjadi kerajaan.
Meskipun begitu , munculnya dinasti umayah memberikan babak baru
dalam kemajuan peradabaan islam. hal itu
di buktikan dengan sumbangan-sumbagan dalam perluasan wilayah, kemajuan
pendidikan dan kebudayaan.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Bagaimanakah
Kekuasaan Dinasti Umayyah Menciptakan Budaya Monarki-Oligarki, Budaya kudeta,
budaya ilmu dan budaya perluasan wilayah?
2.
Siapakah
Khalifah-Khalifah Bani Umayyah?
3.
Bagaimanakah
Perluasan Wilayah Teritorial Islam pada masa Daulah Umayyah?
C.
Tujuan
1.
Untuk
mengetahui Kekuasaan Dinasti Umayyah Menciptakan Budaya Monarki-Oligarki,
Budaya kudeta, budaya ilmu dan budaya perluasan wilayah.
2.
Untuk
mengetahui Khalifah-Khalifah Bani Umayyah.
3.
Untuk
mengetahui Perluasan Wilayah Teritorial Islam pada masa Daulah Umayyah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kekuasaan
Dinasti Umayyah
1.
Proses
Lahirnya Bani Umayyah
Pengertian kata Bani
menurut bahasa berarti anak, anak cucu atau keturunan. Dengan demikian yang
dimaksud Bani Umayah adalah anak, anak cucu atau keturunan Bani Umayah bin Abdu
Syams dari satu keluarga. Kata Dinasti berarti keturunan
raja-raja yang memerintah dan semuanya berasal dari satu keturunan. Dengan
demikian, Dinasti Umayah adalah keturunan raja-raja yang
memerintah yang berasal dari Bani Umayah.
Adapun istilah lain yang sering
digunakan adalah kata Daulah, yang berarti kekuasaan,
pemerintahan, atau negara. Dengan kata lain, Daulah Bani Umayah adalah negara
yang diperintah oleh Dinasti Umayah yang raja-rajanya berasal dari Bani Umayah.
Bani Umayyah didirikan
oleh Muawiyah bin Abu Sufyan pada tahun 41H/661 M di Damaskus dan berlangsung
hingga pada tahun 132 H/750 M. Muawiyah bin Abu Shofyan adalah seorang politisi
handal di mana pengalaman politiknya sebagai Gubernur Syam pada zaman Khalifah
Ustman bin Affan cukup mengantarkan dirinya mampu mengambil alih kekusaan dari
genggaman keluarga Ali Bin Abi Thalib. Tepatnya setelah Hasan bin Ali
menyerahkan kursi kekhalifahan secara resmi kepada Muawiyah bin Abu Sofyan
dalam peristiwa Ammul Jama’ah. Peristiwa penyerahan kekuasaan dari Hasan
bin Ali kepada Muawiyah bin Abu Sufyan itu terkenal dengan sebutan Amul
Jama'ah atau tahun penyatuan . Peristiwa itu terjadi pada tahun 661 M.
Sejak itu, secara resmi pemerintahan Islam dipegang oleh Muawiyah bin Abu
Sufyan. Ia kemudian memindahkan pusat kekuasaan dari Madinah ke Damaskus
( Suriah ).
Oleh karena itu Muawiyah
bin Abu Sofyan dinyatakan sebagai pendiri Dinasti Bani Umayah. Dilihat dari
sejarahnya Bani Umayah memang begitu kental dengan kekuasaannya, terutama pada
masa zaman jahiliyah. Dalam setiap persaingan, ternyata Bani Umayah selalu
lebih unggul dibandingkan keluarga Bani Hasyim. Hal ini disebabkan Bani Umayah
memiliki unsur-unsur sebagai berikut:
1. Umayah berasal dari
keturunan keluarga bangsawan
2. Umayah memiliki harta
yang cukup
3. Umayah memiliki 10 anak
yang terhormat dan menjadi pemimpin di masyarakat, di antaranya Harb, Sufyan,
dan Abu Sufyan.
Sebagaimana yang
disebut-sebut dalam sejarah, bahwa Abu Sofyan merupakan pemimpin pasukan
Quraisy melawan Nabi Muhammad SAW pada Perang Badar Kubra.
Keluarga Bani Umayah
masuk Islam ketika terjadi Fathul Makkah pada tahun ke-8 H. Abu Sofyan
diberi kehormatan untuk mengumumkan pengamanan Nabi SAW, yang salah satunya
adalah barang siapa masuk ke dalam rumahnya maka amanlah dia, masuk kedalam
Masjidil Haram dan rumahnya Nabi SAW maka dia juga akan merasa aman. Dengan ini
banyak kaum dari kalangan Bani Umayah yang berduyun-duyun untuk masuk Islam dan
menyebarkan Islam keberbagai wilayah.
B. Khalifah-Khalifah Bani Umayyah
No
|
Khalifah
|
Tahun
|
No
|
Khalifah
|
Tahun
|
1
|
Muawiyah Bin Abi Sufyan
|
40-60 H
|
8
|
Umar Bin Abdul Aziz
|
99-101 H
|
2
|
Yazid Bin Muawiyah
|
60-64 H
|
9
|
Yazid Bin Abdul Malik
|
101-105 H
|
3
|
Muawiyah 2 Bin Yazid
|
64-64 H
|
10
|
Hisyam Bin Abdul Malik
|
105-125 H
|
4
|
Marwan Bin Hakam
|
64-65 H
|
11
|
Walid Bin Yazid
|
125-126 H
|
5
|
Abdul Malik Bin Marwan
|
65-86 H
|
12
|
Yazid Bin Walid
|
126 H
|
6
|
Walid Bin Abdul Malik
|
86-96 H
|
13
|
Ibrahim Bin Walid
|
126 H
|
7
|
Sulaiman Bin Abdul Malik
|
96-99 H
|
14
|
Marwan Bin Muhammad
|
126-132 H
|
Dari 14 khalifah yang memerintah Banu Umayyah I selama 92 tahun di antaranya
ada 4 khalifah yang terkenal karena prestasi dalam pemerintahannya
masing-masing. Adapun khalifah-khalifah Bani Umayyah yang terkenal:
1.
Prestasi
khalifah Muawiyah Bin Abi Supyan
Khalifah Muawiyyah Bin Abi Supyan terkenal dalam sejarah
perkembangan Bani Umayyah 1, karena keberanian beliau pada saat memploklamirkan
Bani Umayyah I tahun 40 H pada saat Ali Bin Abi Thalib masih
memerintah sebagai khalifah yang terakhir Khulafaurrasyidin.
Meskipun muawiyah memploklamirkan Bani Umayyah dengan cara yang
tidak sesuai dengan nilai-nilai agama, akan tetapi beliau mampu menetapkan
beberapa kebijakan yang sangat mendukung perkembangan Bani Umayyah I mencapai
perkembangan yang sangat pesat, kebijakan tersebut adalah:
a.
Membentuk
Departemen dan duta yang belumdi bentuk oleh khalifah sebelumnya, fungsi dari
departemen ini adalah menyiapkan beberapa sahabat utama untuk di utus ke
berbagai wilayah di dunia dalam rangka memperkenalkan islam ke penjuru dunia
diantaranya adalah Uqbah Bin Nafi dan Musa bin Nusair di Afrika Utara, Abdullah
bin Abi Sara di India, dan Saad bin Abi Waqas di Cina, Indonesia dan wilayah
asia tenggara lainnya.
b.
Muawiyah
juga membeli beberapa profesional administrasi keuangan dan tata usaha dari
daerah Bizantium dan di pekerjakan dalam pemerintahan Bbani Umayyah.
c.
Memperluas
kekuasaan atau mengmbangkan wilayah di 3 daerah yang sangat subur dan strategis
yaitu Afrika Utara, India dan Bizantium.
2.
Prestasi
khalifah Marwan Bin Hakam
Khalifah Marwan Bin Hakam adalah seorang yang bijaksana. Berfikiran
tajam, fasih berbicara dan berani . Beliau ahli pembaca al-quran dan banyak meriwayatkan hadis dari para
sahabat Rasulullah yang terkenal terutama dari Umar Bin Khatab dan Utsman Bin
Affan. Beliau terkenal dan berjasa dalam menertibkan alat-alat takaran dan
timbangan, serta berjasa karena pertama kali menciptakan mata uang sebagai alat
jual beli. Marwan adalah khalifah yang berani memberantas para pemberontak
dengan cara yang keras dan tegas. Dengan kebijakan tersebut menyebabkan
pemerintahan pada masa khalifah Marwan menjadi kondusif dan dan program
khalifah dapat berjalan dengan lancar.
3.
Prestasi
khalifah Walid Bin Abdul Malik
Khalifah ke-6 Banu Umayyah Walid Bin Abdul Malik memerintah bersamaan
dengan permintaan bantuan dari pemerintahan Gothiyah Barat kepada Islam, oleh
Khalifah al-Walid permintaan itu dipenuhi dengan mengirim 12.000 pasukan islam
yang dipimpin oleh Thariq bin Ziad. Misi islam tersebut berhasil menyelesaikan
tugasnya dengan baik dengan pasukan islam di pimpin oleh Thariq bi Ziad
tersebut berhasil memukul mundur pasukan Viagoth aristokrasi Jerman. Karena pasukan islam berhasil
melaksanakan tugasnya dengan mengusir pasukan Jerman, maka oleh pasukan Gotiyah
Barat sepeninggalan Raja Witijah mempersilahkan Thariq dan pemuka islam
lainnya boleh berdakwah di wilayah
Andalusia dengan bebas dan aman.
Masa pemerintaha Walid bin Abdul Malik khalifah ke-6 Bani Umayyah I
di sebutkan dalam sejarah sebagai masa kejayaan Bani Umayyah I. Pasa saat
masyarakat patuh dan cinta kepada khaliafah al-Walid. Keadaan pemerintahan yang
sebaik itu membuka kesempatan pada khalifah al-walid untuk melakukan perluasan
wilayah ke daerah-daerah di Afrika dan Eropa Barat.
4.
Prestasi
khalifah Umar Bin Abdul Aziz
Khalifah Umar Bin Abdul Aziz
adalah khalifah ke-8 dari pemerintahan Bani Umayyah I, memerintah hanya 3 tahun
kurang lebih tahun 99-101 H akan tetapi masyarakat islam yang dipimpin
mengalami peningkatan kualitas secara drastis terutama dalam hal status ekonomi.
Tafar pendapatan dan kehidupan sosial masyarakat begitu tinggi, sampai mencari
warga masyarakat untuk menyalurkan Zakat Fitrah begitu sulit. Zakat kaum
Aghniya akhirnya diserahkan ke baitul maal selanjutnya difungikan untuk
pembangunan fisik dalam masyarakat seperti mesjid, sekolah dan perpustakaan.
Umar di pilih oleh suara mayoritas masyarakat secara murni karena keberhasilan
beliau menjadi gubernur di Syiria dan masyarakat islam telah bosan dan jenuh
terhadap kepemimpinan para khalifah Bani Umayyah yang korup dan ruksak
ahlaknya. Ada beberapa keistimewaan dari khaliffah Umar Bin Abdul Aziz di
bandingkan dengan khalifah-khalifah lainnya:
a.
Jabatan
khalifah yang akan di pangkunya di tawarkan lebih dahulu kepada rakyat, akan
tetapi mayoritas masyarakat lebih memilih umar .
b.
Beliau
lebih mementingkan agama dari pada politik
c.
mementingkan
persatuan umat islam
d.
adil
terhadap semua pihak
Ø Adapun Kekuasaan Dinasti Umayyah Menciptakan yaitu:
a.
Budaya
Monarki-Oligarki
· Perubahan Sistem Pemerintahan
Bentuk
pemerintahan Muawiyah berubah dari Theo-Demokrasi menjadi monarchi
(kerajaan/dinasti) sejak ia mengangkat anaknya Yazid sebagai Putera Mahkota. Kebijakan
ini dipengaruhi oleh tradisi yang terdapat di bekas wilayah kerajaan Bizantium.
· Sentralistik
Daulah
Bani Umayyah menerapkan konfederasi propinsi. Dalam menangani propinsi yang
ada, Muawiyah menggabung beberapa wilayah menjadi satu propinsi. Setiap
gubernur memilih Amir. Amir bertanggung jawab lansung kepada khalifah.
· Administrasi pemerintahan
Setidaknya
ada empat diwan (departemen) yang berdiri pada Daulah Bani Umayyah, yaitu:
Ø Diwan Rasail yaitu Departemen ini
mengurus surat-surat negara kepada gubernur dan pegawai di berbagai wilayah
Ø Diwan Kharraj yaitu Departemen ini
mengurus tentang perpajakan. Dikepalai oleh Shahibul Kharraj yang bertanggung
jawab lansung kepada khalifah
Ø Diwan Jund yaitu Departemen ini
mengurus tentang ketentaraan negara. Ada juga yang menyebut dengan departemen
perperangan.
Ø Diwan Khatam yaitu Departemen ini
disebut juga departemen pencatat. Setiap peraturan yang dikeluarkan disalin
pada sebuah register kemudian disegel dan dikirim ke berbagai wilayah.
· Lambang Negara
Muawiyah
menetapkan bendera merah sebagai lambang negara di mana sebelumnya pada masa
Khulafa Rasyidin belum ada. Bendera merah ini menjadi ciri khas Daulah Bani
Umayyah
· Bahasa Resmi Administrasi
Pemerintahan
Pada pemerintahan Abd Malik,
bahasa Arab dijadikan bahasa resmi administrasi pemerintahan.
b.
Budaya
Kudeta Politik
Di bidang politik Bani Umayyah menyusun tata
pemerintahan yang sama sekali baru, untuk memenuhi tuntutan perkembangan
wilayah dan administrasi kenegaraan yang semakin kompleks. Selain mengangkat
Majelis Penasehat sebagai pendamping, Khalifah Bani Umayyah dibantu oeh
beberapa orang sekertaris untuk membantu pelaksanaan tugas, yang meliputi :
1. Katib Ar-Rasa’il, sekertaris yang
bertugas menyelenggarakan administrasi dan surat-menyurat dengan para pembesar
setempat.
2.
Katib
Al-Kharraj, sekertaris yang bertugas menyelenggarakan
penerimaan dan pengeluaran negara.
3.
Katib
Al-Jundi, sekertaris yang bertugas menyelenggarakan
berbagai hal yang berkaitan dengan ketentraman.
4.
Katib
Asy-Syurtah, sekertaris yang bertugas menyelenggarakan
pemeliharaan keamanan dan ketertiban umum.
5.
Katib
Al-Qudat, sekertaris yang bertugas menyelenggarakan
tertib hukum melalui badan-badan peradilan dan hakim setempat.
c.
Budaya
Ilmu
Ø Pengembangan bahasa arab
Para penguasa
dinasti umayyah menjadikan bahasa arab sebagai bahasa resmi Negara dan pemerintahan sehingga
pembukuan dan surat menyurat harus menggunakan bahasa arab. Sebelumnya, bahasa
yang digunakan ialah bahasa romawi dan bahasa persia. Hal ini bisa dimaklumi
karena kawasan suriah dan sekitarnya pada awalnya adalah daerah jajahan romawi
dan persia. Penggunaan bahasa arab yang semakin luas membutuhkan panduan
kebahasaan yang dapat dipergunakan oleh semua golongan sehingga mendorong
lahirnua seorang bahasawan yang bernama Sibawaih yang mengarang sebuah buku yang
berisi pokok-pokok kaidah Bahasa arab yang berjudul Al-Kitab. Pada bidang
kesusastraan mengalami kemajuan dengan lahirnya banyak sastrawan seperti
Ghayyats Taghlibi al-Akhtal, Jurair, Al-Farazdak, Jamil al-Uzri, Umar bin Abi
Rabi’ah, Ibnu al-Muqaffa.
Ø Ilmu Tafsir
Setelah daulah umayah berdiri, maka kaim muslim berhajat kepada
hukum dan undang-undang yang bersumber dari al-quran sedangkan paraqurra dan
mufassirin menjadi tempat bertanya masyarakat dalam bidang hukum. Pada zaman
ini keberadaan tafsir masih berkembang dalam bentuk lisan dan belum dibukukan.
Ilmu tafsir pada saat itu belum berkembang seperti pada zaman bani abbasiyah.
Ø Ilmu Hadis
Pada saat mengartikan makna ayat-ayat al-quran, kadang-kadang ahli
hadis kesulitan mencari pengertian dalam hadis karena terdapat banyak hadis
yang sebenarnya bukan hadis. Dari kondisi semacam ini maka timbullah usaha para
muhadisin untuk mencari riwayat dan sanad hadis. Proses seperti ini pada
ahirnya berkembang menjadi ilmu hadis dengan segala cabang-cabangnya. Perkembangan
hadis di awali dari masa khalifah Umar bin Abdul Aziz dan ulama hadis yang
mula-mula membukukan hadis yaitu Ibnu Az Zuhri atas perintah khalifah Umar bin
Abdul Aziz.
Ø Ilmu qiraat
Dalam sejarah perkembangan ilmu, yang prtama kali berkembang adalah
ilmu Qiraat. Cabang ilmu ini mempunyai kedudukan yang sangat penting pada
permulaan islam sehingga orang-orang yang pandai membaca al-quran pada saat itu
disebut Qurra. Setelah pembukuan dan penyempurnaan al-quran pada masa
khulafaurasyidin dan al-quran yang sah dikirim ke berbagai kota wilayah bagian
maka lahirlah dialek bacaan tertentu bagi masing-masing penduduk kota tesebut
dan mereka mengikuti bacaan seorang qori’ yang di anggap sah bacaannya. Ahirnya
muncul dan masyhurlah tujuh macam bacaan yang sekarang terkenal dengan nama Qira’at
Sab’ah kemudian selanjutnya di tetapkan sebagai bacaan standar.
Ø Ilmu Nahwu
Memuali mempelajari tata bahasa arab yang di kenal dengan nama
nahwu adalah ketika seorang bayimemulai berbicara dilingkungannya. Tanpa tata
bahas amaka pembicaraan tidak akan baik dan benar. Setelah banyak bangsa di
luar bangsa arab masuk islam dan sekaligus wilayahnya masuk dalam daerah
kekuasaan islam maka barulah terasa bagi bangsa arab dan muali diperhatikan
dengan cara menyusun ilmu nahwu. Adapun ilmuan di bidang bahasa pertama yabg
tercatat dalam sejarah perkembangan ilmu yang meyusun ilmu nahwu adalah Abu
Aswad Ad Dualy yang wafatnya tahun 69 H. Tercatat beliau belajar dari sahabat
ali bin abi thalib, dengan demikian ada saja ahli sejarah mengatakan bahwa
sahabat ali bin abi thalib-lah bapaknya ilmu nahwu
Ø Tarikh Dan Geografi
Penulisan sejarah islam di mulai pada saat terjadi
peristiwa-peristiwa penting dalam islam dan dibukukannya dimulai pada saat Bani
Umayyah dan perkembangan pesat terjadi pada saat Bani Abbasiyah. Demikian
begitu pesatnya perkembangan sejarah islam sehingga para ilmuan berkecimprung
dalam bidang itu dapat mengarang kitab-kitab sejarah yang tidak dapat di hitung
banyaknya. Sampai sekarang prestasi penulisan sejarah pada saat Bani Umayyah
dan Abbasiyah tidak dapat ditandingi oleh bangsa manapun, tercatat kitab
sejarah yang di tulis pada jaman itu lebih dari 1.300 judul buku.
Ø Seni Bahasa
Umat islam masa Bani Umayyah selain telah mencapai kemajuan dalam
politik, ekonomi dan ilmu pengetahuan, qiraat, nahwu, hadis dan tafsir, dan
juga telah tumbuh berkembang seni bahasa. Pada masa ini seni dan bahasa
mengambil tempat yang penting dalam hati pemerintah dan masyarakat islam pada
umumnya.
Pada saat kota-kota seperti Bashra dan Kuffah adalah pusat
perkembangan ilmu dan sastra. Orang-orang arab muslim berdiskusi dengan
bangsa-bangsa yang telah maju dalam hal bahasa dan sastra. Di kota-kota
tersebut umat islam menyusun riwayat Arab, seni bahasa dan hikmah atau sejarah,
nahwu, sharaf, balaghah dan juga berdiri klub-klub para pujangga.
C. Perluasan Wilayah teritorial Islam Pada Masa Daulah Umayyah
Ekspansi yang terhenti pada khalifah Usman dan Ali di lanjutkan
pada Dinasti Umayyah, dan pada masa Dinasti umayyah Turnesia dapat di taklukan
dan masih banyak kota lagi yang di taklukan pada Dinasti Umayyah dengan
melakukan ekspansi untuk memperluas wilayah kekuasaannya.
1.
Ekspansi
Timur
Ekspansi timur yang dilakukan muawiyyah kemudian di lanjutkan oleh
Kholifah Abd Al-Maliki yang mengirim tentaranya menyeberangi sungai Oxus dan
berhasil menguasai beberapa kota di antaranya:
a.
Khurasan
sampai kota Oxus
b.
Afganistan
sampai ke Kabul
c.
Ibu
kota Bizantium
d.
Konsttinopel
e.
Balkh
f.
Bukhara
g.
Khawariz
h.
Ferghana
i.
Samarkand
j.
Balukhistan
k.
Sind
l.
Daerah
Punjab
m.
Maltan
2.
Ekspansi
Barat
Pada ekspansi barat ini di lanjutkan pada zaman al-Walid ibn abdul
malik secara besar-besaran. Ekspansi militernya dari afrika utara menuju
wilayah barat daya, benua eropa pada tahun 711 M. Setelah al-Jazair dan Maroko
dapat di tundukan militernya melakukan ekspansi di wilayah eropa meliputi:
a.
Ibu
Kota Spanyol
b.
Kordova
c.
Seville
d.
Elvira
e.
Toledo
f.
Bordeau
g.
Poiters
h.
Taurs
i.
Pulau-pulau
yang ada di laut tengah
Dengan
keberhasilan ekspansi ke beberapa daerah bai timur maupun barat. Daerah yang di
kuasai pada zaman dinasti umayyah betul-betul sangat luas. Daerah-daerah itu
meliputi Spanyol, Afrika Utara, Syiri, Palestina, Jazirah Arab,sebagian asia
kecil, peresia, Afganistan, pakistan, Pukmenia, Uzbek dan krigis di asia tengah
BAB
III
PENUTUPAN
A.
Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan makalah diatas, dapat kita
simpulkan bahwa:
1. Pengertian kata Bani
menurut bahasa berarti anak, anak cucu atau keturunan. Dengan demikian yang
dimaksud Bani Umayah adalah anak, anak cucu atau keturunan Bani Umayah bin Abdu
Syams dari satu keluarga. Kata Dinasti berarti keturunan
raja-raja yang memerintah dan semuanya berasal dari satu keturunan. Dengan
demikian, Dinasti Umayah adalah keturunan raja-raja yang
memerintah yang berasal dari Bani Umayah.
2.
Dari
14 khalifah yang memerintah Banu Umayyah I selama 92 tahun di antaranya ada 4
khalifah yang terkenal karena prestasi dalam pemerintahannya masing-masing.
Adapun khalifah-khalifah Bani Umayyah yang terkenal:
a.
Prestasi
khalifah Muawiyah Bin Abi Supyan
b.
Prestasi
khalifah Marwan Bin Hakam
c.
Prestasi
khalifah Walid Bin Abdul Malik
d.
Prestasi
khalifah Umar Bin Abdul Aziz
Dalam
menciptakan Budaya Monarki-Oligarki Perubahan Sistem Pemerintahan, bentuk pemerintahan Muawiyah
berubah dari Theo-Demokrasi menjadi monarchi (kerajaan/dinasti) sejak ia
mengangkat anaknya Yazid sebagai Putera Mahkota.
Di bidang
politik Bani Umayyah menyusun tata
pemerintahan yang sama sekali baru, untuk memenuhi tuntutan perkembangan
wilayah dan administrasi kenegaraan yang semakin kompleks.
Dalam
Budaya Ilmu ada Pengembangan bahasa arab,ilmu tafsir,hadis, qiraat, nahwu
tarikh dan geografi dan seni bahasa.
3.
Perluasan
Wilayah teritorial Islam Pada Masa Daulah Umayyah yaitu
a. ekspansi timur
b. ekspansi
barat
DAFTAR PUSTAKA
DEPAG RI, Sejarah
Kebudayaan Islam, Kelas III, 2002
Tidak ada komentar:
Posting Komentar