Studi Perkembangan
Oleh
Kokom Komariah
A.
Pengertian
Studi Perkembangan
Studi
perkembangan adalah salah satu studi yang memberikan informasi penting bagi
para peneliti di bidang pendidikan mengenai perkembangan intelektual,
emosional, dan perkembangan sosial siswa. Melalui studi perkembangan ini
peneliti dapat memperoleh informasi mengenai progresifitas kemampuan belajar
siswa, perkembangan kualitas pembelajaran. Studi ini mempelajari secara
intensif latar belakang keadaan sekarang dan interaksi lingkungan suatu obyek.
Tujuan studi ini adalah untuk menyelidiki pola dan tahap urutan pertumbuhan dan
atau perubahan dalam fungsi waktu.
B.
Contoh
Kasus dalam Studi Perkembangan
Contoh
penelitian ini adalah mendeskripsikan perkembangan bahasa anak/ siswa
(perkembangan penguasaan fonem, morfem, kata, tatabahasa, dan perkembangan
keterampilan berbahasanya). Contoh lain:
1.
Studi
mengenai perkembangan tingkah laku anak umur 0 - 10 tahun ·
2.
Studi
mengenai pengaruh bantuan dana IDT pada peningkatan perekonomian pedesaan
3.
Studi
mengenai pengaruh kepesertaan program KB terhadap penekanan angka kematian
4.
Studi
tentang laju pertumbuhan anak dari usia 3 tahun sampai 5 tahun. ·
5.
Studi
mengenai sifat-sifat dan laju pertumbuhan anak balita, remaja dan dewasa
C.
Teknik-Teknik
dalam Studi Perkembangan
a.
Longitudinal
Metode
longitudinal termasuk dalam bagian dari studi kasus, metode ini adalah jenis
khusus pengamatan. Tugasnya adalah untuk menentukan penyebab dari individu ke
dalam perubahan yang terjadi pada satu orang, atau individu yang berbeda atau
untuk berbagai kelompok masyarakat. Pendekatan ini dianggap sebagai satu ideal
untuk pengembangan psikologi/konseling yang dapat didefinisikan sebagai ilmu
yang mempelajari perubahan-perubahan yang terjadi dalam manusia, dimana
perilakunya tergantung pada usianya. Penggunaan metode longitudinal berkaitan erat
dengan pertumbuhan pembangunan psikologi. Memang, ada banyak biografi dan
jurnal di mana perilaku anak-anak digambarkan dalam proses pembangunan mereka.
Metode longitudinal secara luas digunakan dari 1916, ketika testology muncul.
Dalam
rangka untuk menerima data dengan bantuan pendekatan longitudinal beberapa tes,
kuesioner, metode observasi digunakan. Sisa jarak antara pengukuran
longitudinal tergantung pada periode kehidupan yang diselidiki. Sebagai contoh,
untuk orang dewasa seminggu yang sangat singkat waktu, sedangkan untuk seminggu
bayi adalah periode yang sangat besar. Pendekatan longitudinal adalah
pendekatan dalam studi kasus penelitian yang dilakukan dengan cara menyelidiki
anak dalam jangka waktu yang lama, misalnya mengikuti perkembangan sesorang
dalam jangka waktu tertentu, seperti selama masa kanak-kanak atau selama masa
remaja. Dengan pendekatan ini diteliti beberapa aspek tingkah laku pada satu
atau dua orang yang sama dalam waktu beberapa tahun. Dengan begitu akan
diperoleh gambaran aspek perkembangan secara menyeluruh. Dalam teknik ini,
sampel yang sama dipelajari sejak jangka waktu tertentu. Menurut Ubaidat et all
pada teknik ini peneliti dapat memilih sekelompok dari individu-individu dan
mengikuti perkembangannya dalam usia yang berbeda. Selanjutnya Ubaidat, et all
memberi contoh sebagai berikut.
Apabila
peneliti akan mengkaji perkembangan bahasa anak pada usia antara dua tahun
sampai lima tahun, maka dia melakukan hal-hal berikut:
a.
Memilih
beberapa anak yang berusia dua tahun
b.
Mengamati
kosa kata yang dimiliki oleh anak pada usia tersebut
c.
Melakukan
pengamatan secara kontinyu terhadap perkembangan bahasa mereka sampai enam
bulan dan setahun, dan demikian seterusnya sampai anak tersebut berusia lima
tahun.
d.
Mencatat
hasil pengamatan dalam tabel tertentu yang berisi tentang usia anak dan jumlah
kata yang dikuasai anak.
e.
Menyimpulkan
hasil temuan ·
1)
Keunggulan
Teknik Longitudinal:
1.
Metode
ini menghasilkan suatu temuan yang detail, mendalam, dan dilakukan secara
intensif. Sementara itu,
2.
Sampel
lebih sedikit, sehingga memungkinkan untuk melakukan analisa terhadap
pertumbuhan dan perkembangan setiap individu. •
3.
Memungkinkan
mengetahui gangguan-gangguan dalam perkembangan, baik secara pribadi maupu
dalam kelompok.
4.
Memungkinkan
melakukan analisa terhadap hubungan antara proses pertumbuhan, baik aspek
kematangan maupun pengalaman, karena data yang diperoleh berasal dari anak yang
sama.
5.
Memberikan
kesempatan untuk menganalisa efek lingkungan terhadap perubahan tingkah laku
dan kepribadian.
2)
Kelemahannya:
1.
Membutuhkan
waktu yang yang lama dan biaya yang besar.
2.
Memerlukan
banyak peneliti yang kemungkinan memiliki pengalaman yang berbeda-beda.
3.
Kemungkinan
terjadinya gangguan dalam selang waktu penelitian yang sedang dilakukan,
misalnya bila orang pindah tempat atau meninggal.
b.
Metode
cross- sectional
Pendekatan
Cross-sectional adalah suatu pendekatan yang dipergunakan untuk melakukan studi
kasus penelitian terhadap beberapa kelompok anak dalam jangka waktu yang
relative singkat. Dalam pendekatan ini penelitian dilakukan terhadap
orang-orang atu kelompok orang dari tingkat umur yang berbeda-beda. Suatu studi
kros-sektional yang umum dapat mencakup sekelompok anak berusia 5 tahun, 8
tahun, dan 11 tahun; kelompok lain dapat mencakup kelompok anak remaja dan
orang dewasa, berusia 15 tahun, 25 tahun dan 45 tahun. Kelompok-kelompok yang
berbeda tersebut dapat dibandingkan dalam halkeberagaman variable terikat,
sepeti IQ, memori, relasi teman sebaya, kedekatan dengan orang tua, perubahan
hormone, dan lain-lain. Semua ini dapat dilakukan dalam waktu yang relative
singkat. Dengan mengambil kelompok orang dari tingkat umur yang berbeda ini
akhirnyaakan dapat ditemukan gambaran mengenai proses perkembangan satu atau
beberapa aspek kepribadian seseorang.
Melalui
pendekatan kros-sektionalini dapat diperoleh pengertian yang lebih baik akan
factor yang khas atau yang kurang khas bagi kelompok-kelompok yang
diperbandingkan. Metode ini menunjukkan perbandingan antara kelompok-kelompok
orang yang berbeda menurut umur, pendidikan, pekerjaan dan aktivitas
komunikasi. Tugas utama dari pendekatan penampang adalah membandingkan ujian
dari berbagai usia. Perbandingan ini dapat lebih berguna dalam kasus yang
membujur perbandingan jumlah kecil ujian sudah dilaksanakan. Awalnya, pendekatan
cross-sectional ini digunakan untuk mempelajari phylogenesis perilaku dan
aktivitas psikis. Kini ia secara luas digunakan dalam psikologi perkembangan
dan mencakup banyak alasan, yaitu:
1.
Beragam
tingkat perkembangan, misalnya, perbandingan organisasi psikis manusia dan
primata.
2.
Berbagai
periode pembangunan, misalnya anak-anak perbandingan pra - usia sekolah dengan anak-anak
usia sekolah.
3.
Berbeda
fase periode yang sama. Sebagai contoh, psikis perbandingan organisasi
orang-orang awal dan akhir-akhir dewasa.
Selain
kriteria usia ini, ada beberapa yang lain, seperti: penyelidikan mengungkap
keanehan psikis menurut umur, milik profesional, kondisi kesehatan dan
sebagainya. Studi kasus cross-sectional mempunyai data yang berasal dari lebih
banyak subjek dan data dikumpulkan dalam waktu yang relative bersamaan. Dalam
penelitian cross-sectional subjek penelitian diberi pertanyaan atau tugas yang
sama dan agar data yang diinginkan dapat diperoleh, situasi penelitian atau
alat pengumpul datanya dibuat sedemikian rupa sehingga data dari banyak subjek
dapat terkumpul dalam waktu yang reltif singkat. Penelitian cross-sectionl ini
dapat dikategorikan ke daam jenis penelitian kuantitatif karena datanya berupa
data statistik yang berupa angka atau frekuensi. Subjek pada penelitian
cross-sectional dibagi ke dalam beberapa tingkatan seperti tingkat lama
belajar, tingkatan umur atau tingkatan kemampuan berbahasa namun data yang
terkumpul diharapkan dapat menggambarkan suatu proses perkembangan kebahasaan
secara utuh. Metode ini meneliti kelompok dari berbagai usia dan tingkatan pada
saat yang sama. Apabila peneliti akan mengkaji perkembangan bahasa anak antara
dua tahun, lima tahun, dan enam tahun, maka langkah-langkah yang harus
dilakukan:
1.
Memilih
kelompok anak usia dua tahun ·
2.
Memilih
kelompok anak usia tiga tahun, dan kelompok yang lain (anak usia empat tahun,
dan kelompok anak usia lima tahun). ·
3.
Mengukur
atau menghitung jumlah kata yang dikuasai oleh masing-masing kelompok usia dan
menyusunnya ke dalam tabel. ·
4.
Membuat
kesimpulan tentang perkembangan bahasa anak dari usia dua tahun sampai usia
lima tahun. ·
1)
Kelebihan
dan Kelemahan Metode Cross- Sectional
Keuntungan
utama dalam pendekatan ini adalah bahwa para peneliti tidak membutuhkan waktu
yang terlalu lama untuk menunggu individu bertumbuh. Kelebihan yang dimiliki
oleh metode ini adalah sampel yang diteliti dalam metode ini dari berbagai
tingkatan dan cukup besar, serta waktu yang dibutuhkan dalam metode ini relatif
singkat. Sedangkan kelemahannya adalah perbedaan yang secara kebetulan ada di
antara sampel-sampel itu mungkin dapat membuat hasil penelitian menjadi bias,
kemungkinan ada variabel luar yang menimbulkan perbedaan di antara
populasi-populasi yang ditarik sampelnya, karena subjek terdiri dari berbagai
tingkatan dan waktu yang digunakan relatif singkat, maka kedetailan dan
kedalaman hasil dalam metode ini masih kurang. Pendekatan ini tidak memberi
informasi tentang bagaimana individu berubah atau tentang stabilitas
karakteristiknya. Naik turunya perkembangan dapat menjadi tidak jelas.